07 Februari 2009

Karena Cinta

Disebut cinta…
Jika tangismu lebih keras dari kekasih
Ketika jiwanya diterjang sedih

Bukan lagi dua hati, jika cinta sejati telah merasuk sempurna. Musibahnya musibahmu. Tangisnya adalah tangismu. Kesedihannya kesedihanmu. Duka lara yang melingkupinya, adalah duka lara yang melingkupimu. Semua terjadi begitu saja. Secara alami. Sebab cinta telah meleburkan dua hati menjadi satu.
Jika kekasih tidak bersedih ketika jiwamu berduka, maka jangan percayai cintanya. Mungkin hatinya baru memasuki tahap suka. Mungkin juga dia lebih memilih menyerahkan hatinya kepada keangkuhan, bukan kepada petunjuk cinta. Dan yang demikian itu bukanlah cinta sejati. Sebab keangkuhan adalah musuh cinta. Keduanya tak dapat bersatu. Seperti air dan minyak kelapa.
Cinta selalu memberi isyarat halus kepada empunya. Jika hatimu telah menggenggam cinta, maka isyarat kesedihan kekasih selalu mudah kau baca. Bahkan sebelum air mata pertama kekasih menetes, kedua pipimu telah basah oleh air mata. Semua terjadi begitu saja. Ya, begitu saja...


Cinta itu indah. Cinta itu dahsyat. Namun demikian cinta harus dimaknai dan dipahami secara benar. Bukan secara salah. Memaknai dan memahami cinta secara salah akan menyengsarakan dan merugikan diri sendiri. Selain itu, pemaknaan cinta yang salah justeru terasa menggelikan dan gombal. Maka, pahamilah cinta sejati secara benar. Agar tidak terjerumus kedalam jurang kesengsaraan yang membelenggu.

05 Februari 2009

Kisah Pencari Cinta Sejati

Entah mengapa, aku semakin terpesona atas penghormatanmu padaku. Selama satu jam kita terperangkap dalam hutan, kauhormati aku dengan sama sekali tak pernah menyentuhku. Kalbuku berkata, “Tuhan, Kauperlihatkan padaku keindahan laku salah seorang penerus Yusuf. Diakah salah seorang kekasih-Mu yang Kaupertemukan denganku?”

Setelah hari itu, hari-hari terindah aku jalani. Mencintaimu, dicintaimu, bersamamu. Membuatku mengerti tentang cinta yang begitu tulus. Membuatku belajar bagaimana mendapatkan cinta-Nya.